Suatu sore menjelang maghrib, saat saya sedang terburu - buru pulang menuju kost, di belakang ruang biomedik, langkahku dihentikan oleh seorang ibu - ibu.........beliau mendekatiku sambil menggendong anaknya. Kemudian si Ibu berkata " mbak, tolong saya , saya butuh uang untuk beli susu adek ( sambil menunjuk ke arah anak yang digendongnya )". Wih, mendengar itu tadi, saya langsung panik, antara kasihan , tapi juga gak punya uang ( di kantongku saat itu hanya ada uang 10rb, dan waktu itu uangnya akan dipakai buat pulang ke kepanjen dengan rincian naik angkot GL bayar 2.500 disambung bis Bagong dengan tarif 4000, so aku cuma punya cadangan uang 3.500, dan itu gak akan cukup buat beli susunya adek bayi ).Si Ibu pun meneruskan ceritanya bahwa anaknya belum minum susu sejak 3 hari yang lalu.Beliaunya juga cerita bahwa biasanya dia diberi uang 70ribu oleh salah seorang mahasiswa di fakultasku juga, tapi masih belum cukup....
Jujur, saya bingung banget saat itu.......terus teringat kata2 bunda bahwa kalau kita tidak mampu menolong orang dengan barang, tolonglah dia dengan tenagamu.....akhirnya....walau agak gak tega, aku berkata ke ibunya " ibu, maaf, jujur, saat ini saya juga bener2 gak punya uang, tapi gini aja bu, mari saya temani ibu ke lakesma ( salah satu Lembaga di fakultasku yang berkecimpung di medis praktis ), mungkin lakesma punya persediaan susu, atau ayo saya antar ke depan bu,,, di depan ada teman2 saya yang bisa membantu".
Seketika raut wajah ibunya langsung berubah. Beliau menolak tawaran saya tersebut. Saya tawari dua kali, si ibu tetap menolak.Saya juga langsung merasa gak enak hati sama si ibu, khawatir tawaran saya tadi menyinggung perasaan ibu tersebut.
Akhirnya saya pun minta maaf dan pamit dengan perasaan benar2 menyesal. Sempat terpikir betapa egoisnya saya. Jadi langsung ingat kisah istri nabi, yang saat punya uang , langsung dibagikan tanpa menyisakan sedikit untuk dirinya sendiri, dan saya belum bisa seperti itu...sambil pulang aku berdoa semoga si ibu selalu diberi kemudahan oleh Allah....
Beberapa hari kemudian,,,,,,,,,di tempat yang sama, saya bertemu lagi dengan si ibu.......dan beliaunya kembali mengatakan hal yang sama. Entah kenapa, di pertemuan yang kedua ini, saya merasa agak sedikit aneh....karena beliau menceritakan hal yang sama kepada saya seolah-olah baru bertemu dengan saya....padahal jarak antara pertemuan pertama den kedua ini hanya tiga hari. Feeling saya saat itu mengatakan bahwa jangan cepat percaya sama ibu ini ( walau sempet ada perasaan bersalah karena itu berarti saya sudah berburuk sangka ). Akhirnya saya minta maaf dan pamit.
Esok harinya di kampus, saya menceritakan hal ini ke mbak Silvi (kakak tingkat sama2 di jurusan keperawatan Brawijaya ). Dan yang membuat saya terkaget - kaget adalah ternyata mbak silvi juga pernah bertemu dan dimintai uang juga oleh si ibu dengan alasan yang sama dan bahwa si ibu juga melakukan hal yang sama ke banyak teman2 saya yang lain. Mbak Silvi juga cerita,,,,bahwa si ibu sudah sering melakukan hal tersebut ( maklum baru tahu, waktu itu saya masih mahasiswa baru yang polos).
Mendengar ini, saya langsung kecewa..... ya kecewa...kecewa karena apa yang dilakukan ibu ini telah membuat stereotipe negatif. Bagaimana jadinya nanti, jika di jalan , ada seseorang nenek2 yang benar2 kehilangan dompetnya dan tidak punya uang......minta tolong seseorang untuk memberinya ongkos angkot....tapi di tolak karena orang yang dimintai tolong berpikir bahwa si nenek memiliki motif yang sama seperti si ibu lakukan. Saya sedih, mengetahui bagaimana niat tulus dan rasa ingin menolong dimanfaatkan untuk hal yang tidak baik. Saya juga jadi sedih karena banyak teman2 dan sahabat, termasuk saya, setelah mengalami kejadian serupa,,,,,jadi agak antipati jika ingin memberi pertolongan pada orang, karena khawatir orang tersebut tidak benar2 butuh di tolong.....
Mungkin sedikit kisah di atas memberikan pelajaran kepada saya untuk selalu waspada....tapi juga memberikan sedikit kebingungan untuk saya,,,sampai batas manakah kita harus waspada ?apa perbedaan antara waspada dan berburuk sangka ?kapan kita harus simpati dan kapan harus ber-antipati?karena ada yang bilang, kita tidak usah terlalu naif....
Dan saya belum menemukan jawabannya.............
NB : sekitar 2 hari sebelum menulis postingan ini, saya bertemu lagi dengan si ibu di tempat yang sama.Pertemuan yang ke lima. Namun kali ini saya hanya bisa mengucap permohonan maaf......
WatuGong 28 A,20102010
Ya Allah, jauhkanlah aku dari sifat syirik, riya', dan berburuk sangka
0 monggoh dipun komen:
Posting Komentar
Kalau ada kritik saran,,,,silahkan tinggalkan komentar, Insya Allah diterima dengan Ikhlas
Terimakasih