2 oktober kemarin, aku bersama beberapa panitia dari LKI FKUB pergi ke suatu TPA di daerah perumahan sigura - gura Malang. Tujuan kami adalah untuk memberi sedikit penyuluhan kebersihan diri tentang cuci tangan dan sikat gigi untuk anak2 santri TPA tersebut.. Awalnya aku excited.... karena aku seneng kalau ketemu sama anak kecil,,,tapi terakhir2 ragu juga, timbul pertanyaan " aku kan gak pernah mengajar anak2, bisa gak ya? kalau cuman main thok mah enak, tapi ini kan harus menyampaikan sesuatu???????????"
Tapi Bismillah......dengan semboyan tak nyoba maka tak bisa, akhirnya aku berangkat....
Di TPA tersebut ada sekitar 24an anak.....hua.....dan mereka pada ribut sendiri-sendiri......aku langsung kehilangan keyakinan nih,aduh bisa gak ya....
nah, akhirnya aku mencoba untuk kenalan dulu dengan mereka....hehe, tak kenal maka tak sayang kan..... dan setelah memasang tampang manis dan keibuan ( hueeek, bahasaku nggilani ) aku mencoba kenalan dan menanyakan nama mereka dan ternyata.... AKU MASIH TETEP GAK DIREKEN......Hiks2x, bayangan awalku tentang anak2 lucu2 yang akan menyambutku dengan sambutan hangat dan meriah langsung sirna seketika.....
Dengan bantuan seorang ustadzah yg membantu menenangkan mereka,,,, akhirnya penyuluhan pun bisa dimulai.... tiba2 ada seorang anak kecil, yang awalnya terlihat sebagai anak kecil manis imut - imut tanpa dosa, dalam satu detik berubah menjadi anak kecil manis imut - imut penuh dosa karena memanggilku dengan sebutan BU (tidaaaaaaaaaaakkkkkkk ).....
Aku pun siap2 memasang tampang andalanku ( haha, tampang manis, kalem dan imut hehe ) untuk menaklukkan perhatian anak2, dan alhamdulillah aku berhasil. Tapi , kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, baru sekitar 10 menit, anak2 itu mulai ribut2 lagi...... huhuhuhu.... tapi akhirnya , dengan bantuan teman2 dan ustadzahnya, serta rayuan maut bahwa yang mau tenang mendengarkan serta menjawab akan mendapat hadiah yang menarik dan bagus ( aku sebenarnya trenyuh saat mengumumkan ini ke mereka, karena aku tahu kenyataan bahwa sebenarnya hadiahnya hanya sebatang sikat gigi dan kotak pensil plastik),,,,penyuluhan pun berlangsung dengan sukses
Dari peristiwa ini, aku menyadari...... bahwa menghadapi anak2 memang harus sabar, karena mereka sangat kritis, ada yang mereka rasa bingung,,,, mereka akan langsung bertanya sampai mereka mendapat jawaban yang memuaskan. Dan kita sebagai yang lebih tua tidak boleh mengacuhkannya atau menjawab dengan asal, karena ini akan membuat mereka kecewa dan nantinya akan segan untuk bertanya lagi, selain itu, kalau kita sampai memberikan jawaban yang kurang tepat, dikhawatirkan anak2 pun akan mempraktekkan atau memahami yang kurang benar itu..........
Seperti percakapanku dengan seorang anak perempuan di penyuluhan tersebut, aku lupa namanya, seorang gadis kecil kelas 4 sd, sebut saja namanya Mawar ( bukan nama yang sebenarnya ).... :
Aku : jadi ingat ya adik2, kita harus punya sikat gigi sendiri2 sendiri, jadi tidak boleh memakainya bersama - sama dengan orang lain, selain itu, saat menyimpan sikat gigi harus disendirikan, jangan dicampur- campur dalam satu gelas dengan punya yang lain (sambil menunjukkan gambar tempat penyimpanan sikat gigi).
Mawar : tapi mamaku kadang pakai sikat gigi mas ku bu (hiks2, aku dipanggilnya ibu )?
Aku : oh ya udah, kalau gitu mamanya dibilangin ya,,,, jangan pakai sikat masnya, harus pakai punyanya sendiri2
Mawar : tapi aku juga nyimpan sikat giginya masih dicampur dalam gelas kayak gitu?
Aku : ehm, diganti aja tempatnya,biar nyimpen sikatnya bisa sendiri - sendiri
Mawar : tapi aku gak punya bu alat yang seperti di gambar itu ???punyanya gelas
Aku : ( sambil memasang tampang kalem padahal bingung mau ngomong apa ) ya udah kalau gak punya , bisa pakai gelas, tapi disendirikan, satu sikat diletakkan dalam satu gelas ya
Mawar : kalau seperti itu,nanti habis bu gelas di rumahku, masku lho ada 4, terus masih ada mamaku sama papaku
Aku : ( memutar otak ) ya udah, kalau gelasnya nggak cukup, nggak papa diletakkan dalam satu gelas, tapi jangan lupa sikatnya diberi tutup plastik, supaya antar ujung sikat tidak saling menempel
Mawar : tapi dirumakhu adanya yang nggak ada tutup plastiknya bu, mamaku kalau beli sikat nggak yang seperti itu....
Aku : hanya diam ( sambil mencari solusi )......
Mawar : bu terus gimana ?????
Aku : ...................
Sampai kemudian ada temanku, Annisa, yang mencoba membantuku menjawab : ya sudah, kalau seperti itu, gak papa, diletakkan dalam satu gelas, tapi jarak antar sikatnya direnggang - renggangkan
Aku :( mengucapkan alhamdulillah dalam hati karena ternyata jawaban Nisa tadi membuat si mawar puas dan tidak bertanya lagi sambil mengutuk diri ku sendiri kenapa tidak dari tadi saja aku menjawab seperti jawaban Nissa barusan )
Yah,,,,walaupun sedikit ribet, tapi menyenangkan, aku jadi bisa belajar sabar.... aku jadi menyadari, mungkin seperti inilah perasaan para guru TK dan guru ngajiku dulu saat mengajariku waktu masih kecil..... jadi membuatku merasakan juga betapa repotnya dulu mereka mengajariku ( buat guru2 TK dan guru ngajiku,,,,makasih ya pak bu, semoga Allah membalas kebaikan bapak ibu )
Salut juga kepada mbak2 ustadzah di TPA tersebut yang setiap hari bergelut dengan anak2 (semoga selalu dimudahkan oleh Allah ).
Anak adalah makhluk yang jujur. Kita pun yang menurut teori dikatakan sebagai remaja atau dewasa muda......masih harus banyak belajar dari anak2 ( tapi bukan brarti belajar untuk jadi anak2 terus ya )....