Selamanya kita tetap akan menjadi seorang anak,,,,mengapa? karena selamanya pula ibu akan tetap mencurahkan kasih dan cintanya untuk kita.
Saya melihat buktinya ketika dalam perjalanan malang-kepanjen dengan menumpang bus. Saat itu kebetulan long week end, dimana fenomena halte , terminal, stasiun, bahkan bandara penuh adalah suatu hal umum. Saat itu keadaan di bus " penuh sesak sangat sampai tak bisa napas". Banyak penumpang disumpelkan dengan santainya ke dalam bus oleh pak kondektur, dan banyak pula penumpang yang dengan penuh kesadaran bersedia menumpang bus yang sudah penuh, dan anehnya itu termasuk saya. Hahaha, tapi mau gimana lagi, yang penting bisa cepat terangkut, bisa cepat sampai rumah, bisa cepat ketemu ayah, ibu, dan adik.
Oke....kisah berikutnya bukan tentang lanjutan cerita perjalanan saya yang " amazing T_T ,-bohongbanget.com- ( hahaha, sumpah , naik bus itu rasanya seperti tawanan NAZI yang akan diangkut ke kamp konsentrasi), tapi tentang sepasang ibu dan anak lelakinya yang juga penumpang di bus itu...................
Karena busnya ramai, saya dan ibu itu serta anakya tidak mendapat tempat duduk, sehingga kami harus berdiri. Saya agak sedikit lebih beruntung dari ibu tadi, karena kebetulan saya naik beberapa menit lebih dulu dari si ibu , sehingga saya masih bisa berdiri di posisi yang ada pegangannya, sementara si ibu berdiri di tempat yang sangat tidak strategis- harus berdiri di tempat yang tidak ada pegangannya-. Padahal si mbah sopir berkali - kali melakukan aksi nge-rem ndadak, sehingga berkali - kali pula saya lihat ibu itu seperti mau jatuh.
Oh ya, ibu tadi berangkat bersama anaknya. Anaknya ini seorang pemuda, yang kira - kira usianya 18 - 25 tahun-an. Awalnya saya tidak menyadari, tapi setelah saya amati dari wajahnya, sepertinya si anak tadi termasuk orang berkebutuhan khusus dengan trisomi 21 . Si anak ini tampak tidak kuat berdiri, dan setelah saya amati lagi , ternyata memiliki ketidak sempurnaan di kakinya. Mungkin karena kondisi fisiknya , si pemuda ini berulang kali berusaha untuk jongkok, sepertinya karena sudah tidak kuat lagi untuk berdiri.
Yang membuat saya terharu adalah, si ibu, yang badannya jauh lebih kecil dari si anak pemuda tadi dan kebetulan berdiri di dekat besi mendatar pendek (yang jadi pembatas antara area mbah sopir dengan wilayah penumpang) dengan ikhlasnya kemudian duduk di besi tipis tersebut dan kemudian menarik badan anaknya agar duduk di pangkuannya
Mungkin saya lebay, tapi sungguh saat melihat pemandangan itu saya "mbrebes mili", hampir menangis tapi dengan sukses bisa saya tahan. Perlu diketahui, besi tadi sama sekali bukan tempat yang nyaman untuk dijadikan tempat duduk darurat. Besinya tipis dan kalau diduduki, rasanya seperti mau jatuh ( karena saya pernah nyoba ). Apalagi dengan kondisi bus yang sesak dan sumpek serta manuver mbah sopir saat nyelip dan nge - rem, membuat tubuh serasa mau ngguling (sensasi ngguling itu pernah saya alami, sehingga sedikit banyak, saya bisa memahami perasaan ibu tadi ) .
Saya perhatikan ekspresi si ibu, kelihatan kalau dia agak kesulitan saat menyangga badan si anak yang lebih berat dari tubuhnya. Tampak pula bahwa si ibu merasa tidak nyaman, karena terdorong - dorong oleh penumpang lain dan sering sekali hampir jatuh. Tapi si ibu tidak melepaskan si anak pemuda tadi dari pangkuannya. Saya perhatikan, si ibu malah semakin erat melingkarkan lengannya di pinggang anaknya agar si anak bisa duduk lebih mantap di pangkuannya dan tidak usah berdiri..........
Yah begitulah ibu.........tak perduli dirinya sengsara agar anaknya bisa nyaman...........................bagaimanapun kondisi anaknya
Walau berapapun usia seseorang , dia tetaplah anak bagi ibunya , dan ibu akan selalu mencurahkan kasih untuk anaknya
karena kasih itu memang tidak pernah habis.....tidak seperti sepotong roti, yang semakin banyak dibagi, akan semakin sedikit bagian yang didapat,,,,karena kasih tidak mengenal stok dan tanggal kadaluarsa.....
wg28a,100611 2351
2 monggoh dipun komen:
Terharu, Army...kasih ibu itu memang tak pernah putus oleh waktu...
Diam-diam saya heran, masa penumpang segitu banyak tidak ada yang rela menyerahkan tempat duduknya pada ibu yang kesulitan buat menahan berat tubuh anaknya ini?
Ah, seandainya saja saya menjadi penumpang yang duduk di salah satu kursi :(
saat itu,saya sebenarnya berpikir hal itu juga mbak, padahal si ibu ini turun trenggalek lho...jadinya masih lebih lama turunnya dari saya, dan pas saya turun,,,ibunya masih berdiri,,,hiks :(
Posting Komentar
Kalau ada kritik saran,,,,silahkan tinggalkan komentar, Insya Allah diterima dengan Ikhlas
Terimakasih